Detective Pikachu, Petualangan Seru Tapi Minim Emosi

Jum'at, 10 Mei 2019 - 09:18 WIB
Detective Pikachu, Petualangan...
Detective Pikachu, Petualangan Seru Tapi Minim Emosi
A A A
Pokemon: Detective Pikachu jadi film live action pertama untuk seri film Pokemon. Sebuah film yang penuh adegan seru, tapi sayangnya kurang peduli dengan karakternya. Berawal dari game buatan Satori Tajiri, Pokemon sedikitnya sudah dibuat dalam lima film animasi. Tahun ini, Pokemon untuk pertama kalinya didukung aktor dan aktris manusia, meski tentu saja karakter Pikachu tetap menggunakan teknologi komputer.

Film ini mengambil latar saat manusia hidup bersama Pokemon. Meski begitu, tiap kota punya perlakuan yang berbeda-beda terhadap makhluk-makhluk ini. Di kota tempat tinggal Tim Goodman (Justice Smith), Pokemon masih jadi buruan manusia, tapi di kota lain, Pokemon sudah hidup sebagai pendamping manusia.

Di kota asalnya, Tim yang dulunya jadi pemburu Pokemon, kini bekerja di bidang asuransi. Tak banyak yang bisa dilakukan di kota kecil itu. Bahkan teman Tim pun juga berencana pergi dari sana. Tapi Tim tetap memutuskan tinggal di kota itu dengan pekerjaan kecilnya.

Hingga satu ketika, dia mendapat kabar kalau ayahnya, Harry, mengalami kecelakaan di Ryme City, kota yang warganya hidup bersama Pokemon. Dia pun harus ke kota itu, dan lantas menemukan Pikachu (disuarakan Ryan Reynolds) yang bisa berbicara.

Tak cuma itu, Pikachu malah memberinya petunjuk bahwa ada sesuatu yang aneh dengan kecelakaan yang menimpa ayah Tim. Keduanya pun lantas berusaha memecahkan kasus tersebut. Sampai di sini, penonton langsung dibawa untuk mengikuti petualangan Pikachu dan Tim dalam misteri kecelakaan Harry. Supaya seru, keduanya juga mendapat tandem seorang reporter muda ambisius bernama Lucy (Kathryn Newton) yang punya Psyduck.

Psyduck adalah makhluk serupa bebek yang mirip dengan karakter Groot dalam film Marvel Guardians of The Galaxy. Soalnya, Psyduck juga hanya bisa ngomong “psyduck” dengan beragam intonasi, dari yang imut lucu sampai yang histeris tiap kali dia mengalami kejadian-kejadian yang tak biasa. Dua manusia dan dua Pokemon memang sudah cukup untuk membuat film ini kaya dengan petualangan seru.

Berbanding terbalik dengan penampilannya yang lucu menggemaskan, Pikachu di sini tampil dengan serius, jarang melucu. Dia setali tiga uang dengan Tim yang juga selalu serius dan gelisah. Sementara bagian lucunya diserahkan pada Psyduck, juga Lucy yang berambisi tapi sering dianggap remeh oleh rekan-rekannya.

Petualangan keempatnya juga penuh misteri dengan keterlibatan dua sosok penting di Ryme City, yaitu pengusaha visioner Howard Clifford (Bill Nighy) dan anaknya, Roger (Chris Geere) yang juga adalah bos media tempat Lucy bekerja. Petualangan dan misteri inilah yang membuat Pokemon: Detective Pikachu bergerak jadi sebuah film laga fantasi yang menyenangkan.

Tapi sayangnya, film ini lagi-lagi harus terkena penyakit khas dari film yang diadaptasi dari game, yaitu kurang mengeksplorasi karakter-karakternya agar penonton bisa lebih bersimpati dan berinvestasi emosi pada mereka. Misalnya saja Tim sebagai karakter utama. Latar belakang, kehidupan di kota asal, dan kegelisahan-kegelisahannya kurang mendapat perhatian untuk diceritakan kepada penonton.

Padahal hidup jauh dari ayah dan mesti mengerjakan pekerjaan yang tidak menyenangkan seharusnya sudah cukup untuk menjadi modal agar Tim jadi sosok yang sangat mengundang simpati dan empati penonton. Tapi film ini tidak berpendapat demikian. Alih-alih meluangkan waktu menceritakan karakter Tim lebih dalam, film lebih suka langsung membawa Tim ke petualangan bersama Pikachu.

Akibatnya, meski ceritanya seru dan penuh kejutan, tapi ibarat makanan, Pokemon: Detective Pikachu masih terasa kurang garam, kurang nendang. Selepas film usai, kita tak akan banyak mengingat ceritanya, kecuali betapa lucunya Psyduck, dan asyiknya menemukan kejutan kecil pada akhir film.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1330 seconds (0.1#10.140)